Teks Cerita Sejarah Bumi Manusia

Teks Cerita Sejarah Bumi Manusia
Bumi Manusia


   Seorang pemuda jawa terdiam di dalam pemondokkan sedang memandangi sebuah lukisan yang sangat dia kagumi. Bukan karena warna dan sifat artistik dari lukisan itu yang dia kagumi. Tetapi, lebih kepada wujud wanita yang disanjung-sanjung hampir di seluruh Hindia Belanda dari lukisan itu. Sang dara yang begitu menawan dan bernasib manis “Ratu Wilhelmina”.

   Nama pemuda itu Minke, satu nama yang aneh memang untuk seorang yang mengalir darah ningrat jawa di tubuhnya. Apa pula arti nama itu? Dia juga belum mengerti benar. Konon, nama itu diberikan secara tidak langsung dan tidak sengaja oleh gurunya Meneer Ben Rooseboom pada saat masih duduk di klas satu E.L.S. Mr. Ben mula-mulanya memang sudah mulai bosan dan jengkel melihat perangai dari Minke yang belum mengerti sama sekali Belanda pada saat itu, setiap pertanyaan yang diberikan oleh Mr. Ben hanya membuat Minke melongok kebingungan dan tidak pernah juga menjawab. Dua kali sudah Minke terus mengulang di klas satu itu dan bertemu dengan dua orang Belanda yang selalu usil mengganggu.

   Pada satu kesempatan Mr. Ben tengah menerangkan. Vera, satu dari dua orang belanda usil di kelas mencubit paha Minke sekeras dia mampu sampai membuat Minke berteriak kesakitan. Seketika Mr. Ben guru berkebangsaan Eropa itu memerah mukanya dan berkata dengan penuh emosi “Diam kau monk…. Minke”! sejak itu nama Minke mulai melekat pada dirinya terutama di kalangan teman-temannya. Entah itu panggilan meremehkan, meledek, atau menghargai. Toh dia pribumi, berada di tengah orang-orang eropa, berapa pula harga pribumi di mata orang eropa itu?

   Minke kini berstatus sebagai pelajar H.B.S. di sana guru-gurunya banyak bercerita tentang kebesaran peradaban eropa yang gilang gemilang. Tidak ketinggalan ilmu pengetahuan eropa yang terus juga menemukan hal-hal baru yang semakin menimbun dan menyisihkan pengetahuan dan tradisi nenek moyang bangsa timur, Hindia khususnya. Pengetahuan eropa itu pula yang membuat pribadi dan kebiasaan Minke menjadi berbeda dari orang-orang sebangsanya.

   Suatu hari Minke pergi menghadiri sebuah pesta di Wonokromo, Surabaya. Bersama dengan Robert Suurhof, barangtentu Suurhof adalah teman sekelasnya di H.B.S. Seorang Indon yang arogan. Dia tidak mau mengakui darah pribumi yang mengalir di tubuhnya. Watak inlander yang paling orisinil!

   Kepergian ke pesta ini adalah ajakan dari Suurhof yang memang menaruh hati pada darah jelita tuan rumah dari pesta itu. Dia sengaja mengajak Minke sebagai perbandingan untuk menonjolkan sosoknya yang sangat proporsionis untuk seorang pemuda yang benar-benar maskulin. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Puspita itu, Annelies Mellema namanya. Perpaduan antara Ratu Wilhelmina dan Putri-putri ningrat jawa. Matanya yang kebiru-biruan, rambutnya yang lepas tergerai, kulitnya putih, rebutan dewa-dewa terlebih lagi pemuda, begitu simpati dan tertarik pada Minke. Suurhof justru banyak mengobrol dengan Robert Mellema, kakak dari Annelies. Sesekali melepaskan pandangan yang penuh dengan kecurigaan dan kecemburuan pada dua sejoli yang baru bertemu dan masih tersipu satu sama lain, Minke dan Annelies.

   Annelies menyadari sorot pandangan itu, maka ditariknya Minke berpindah ke ruang belakang. Ruang belakang nampak sangat futuristik, Minke dan Annelies saling bercakap-cakap. Sampai sesosok wanita yang begitu bersahaja perawakan dan pribadinya sebagai seorang pribumi datang menyapa. Dialah Nyai Ontosoroh, ibu dari Annelies. Annelies kemudian mengajukan sebuah demonstrasi, “Ada tamu bu, Minke namanya. Pelajar H.B.S.” Perkenalan dengan Nyai Ontosoroh berlangsung sangat lengang dan terbuka, tidak lagi terasa adat dan kepribadian jawa pada Nyai Ontosoroh yang belakangan telah dipanggilnya Mama atas pemintaan Nyai Ontosoroh sendiri. Hal demikian yang membuat Minke merasakan sebuah keganjalan dan banyak sekali teka-teki dari nuansa dan peristiwa yang dialaminya satu per satu di rumah yang sekaligus perusahaan yang sangat populer di Surabaya ini. Borderij Buitenzorg nama perusahaannya.

   Annelies dan Minke semakin dekat saja, seakan mereka memang sudah digariskan untuk saling bertemu dan saling jatuh cinta. Setelah makan siang, Annelies mengajak Minke ke tempat pemerahan susu sapi. Di sana terlihat pemandangan yang sangat riuh, laki-laki dan wanita bekerja saling berbaur, tidak ada rasa canggung dan perasaan curiga satu sama lain. Tentu ini hal yang sangat menarik sekaligus mengherankan. Minke menyaksikan anasir yang ekslusif, yang seharusnya belum terjadi di zamannya di awal abad ke-20 ini.

   Persoalan Gender Gap atau Feminsme atau Dominasi Patternalisme menjadi abstrak dan tidak berarti di sini. Orang-orang lalu-lalang membawa hasil perahan di hadapan mereka, juga tanpa rasa malu serta tidak harus membungkuk dan unggak-unggakan seperti tabiat orang-orang pribumi pada umumnya yang sangat memuakkan itu. Minke tidak bergeming. Bayangannya menggambarkan satu hal, barangkali, beginilah bentuk kehidupan bangsa jajahan ini di kemudian hari.

   Permasalahan-permasalahan baru kemudian muncul setelah kepulangan Suurhof dan Minke dari Wonokromo. Suurhof semakin terasa kebenciannya pada Minke. dia tidak kuasa mempercayai apa yang dilihatnya pada pesta di Borderij Buitenzorg. Minke, “Si Benalu” itu, Pribumi keparat itu, perebut dewi pujaan yang benar-benar tiada satu pemudapun menolak untuk mencintainya. Di sisi lain Minke terus merasa bimbang, agaknya dia terlanjur larut dalam kemajemukan keluarga itu, Annelies yang indah begitu macam, dia juga ingin meraba dan menimbang-nimbang kembali pedalaman Nyai Ontosoroh, seorang gundik dengan pengetahuan yang begitu menakjubkan, juga kepribadiannya yang pandai menggenggam perasaan lawan bicara hingga dibuatnya tidak berkutik. Robert Mellema yang begitu antipati terhadap pribumi. Terlebih lagi kepada Tuan Mellema, Pengusaha Belanda yang mengambil Nyai Ontosoroh atau nama terdahulunya Sanikem sebagai gundik.

   Untuk mengatasi kegelisahannya ia memutuskan untuk pergi menemui sahabatnya, Jean Marais, soerang pelukis berkebangsaan Prancis. Bekas prajurit koloni yang ikut bertempur untuk menaklukan Aceh. Pertempuran itu pula yang menyebabkan dia kehilangan satu kakinya. Anaknya bernama Mai Marais, hasil dari buah kasihnya dengan wanita asal aceh yang terbunuh oleh saudara kandungnya sendiri, karena dianggap telah berdusta mencintai kafir koloni, tidak lain Jean Marais sendiri.

   Jean Maraispun bercerita tentang begitu gilanya perlawanan rakyat Aceh kepada Minke. ”Tiga puluh tahun lamanya, sebuah pertempuran yang hanya diperkirakan beberapa bulan oleh koloni karena perbandingan senjata yang lebih unggul ternyata jauh meleset, sebuah komunal yang dibayangkan akan dengan mudah dihalau hanya dengan beberapa kali tembakan benar-benar suatu kekeliruan. Rakyat Aceh melawan, benar-benar melawan tanpa rasa takut dan letih. Anak-anak, ibu-ibu, pemuda, orangtua, semuanya menyerbu. Aku pernah memimpin sebuah pasukan untuk menyisir sebuah desa. Awalnya semua berjalan normal, tidak ada orang terlihat. Maka, dugaan terkuat adalah mereka telah lebih dulu pergi mencari pengungsian untuk belindung. Tetapi, kami dikejutkan oleh serangan orang-orang itu, matanya seakan-akan menyala dan sangat menyeramkan. Mereka membawa serta pedang di tangan. Menyerang pasukanku dengan bengal. Tidak terkecuali aku, aku kemudian kehilangan kakiku.”

   Begitulah kemudian satu bangsa dari bumi manusia itu melawan dan terus melawan. Betapa Minke, benar-benar merasa begitu heran. Begini pelik dan rumitkah hidup yang hanya sekali ini saja? Bangsa yang dikagumi dan diagung-agungkannya karena perkembangannya yang hingar-bingar. Rel kereta yang mulai bertebaran di mana-mana, perjalanan yang ditempuh berhari-hari, konon, dapat ditempuh dalam waktu satu hari satu malam. Jerman yang sudah menanamkan kawat telepon di dasar laut sampai ke Negeri China. Bangsa yang membawa dia pada sebuah ruang visual untuk melihat satu konstalasi hidup yang lebih beradab dan lebih merdeka kemudian berubah menjadi sebuah paradoks.

   Setelah dia tamat dari H.B.S. dan menikah dengan Annelies, maka, paradoks-paradoks dari bangsa yang dipuji paling beradab itupun akhirnya muncul satu persatu ke permukaan. Dia mula-mula melihat bagaimana gurunya Magda Peeters, guru yang paling dihormati dan disayanginya terusir dari Hindia karena pemahaman liberal dan humanismenya yang membahayakan kelanjutan kekuasaan Belanda. Nyonya Magda Peeters adalah guru yang menghendakinya menjadi sang pemula untuk membangunkan bangsanya yang telah lama berabad mengalami dekadensi.

   Dia juga merasakan bagaimana seorang Maurits Mellema, saudara tiri dari Annelies istrinya sendiri. Datang dengan angkuh menggerogoti kebahagiaan keluarga manis itu. Maurits adalah adalah anak pertama dari Tuan Mellema dengan istri sahnya di Belanda yang ditinggalkannya karena menuduh istrinya selingkuh. Maurits begitu tersiksa batinnya menyaksikan perlakuan Tuan Mellema. Dendamnya sejak kecil semakin lama, semakin menguap. Puncaknya, setelah kematian Tuan Mellema dia menuntut apa yang menjadi haknya, Yakni perusahaan Borderij Buitenzorg. Perusahaan yang susah payah di kembangkan selama puluhan tahun oleh Nyai Ontosoroh. Namun, bagaimanpun Nyai Ontosoroh tidak memiliki hak dari perusahaan itu di mata hukum karena statusnya sebagai istri yang tidak sah (gundik).

   Annelies sebagai orang yang memiliki hak terhadap perusahaan itu disingkirkan oleh Maurits dengan membawanya ke Belanda.

   Nyai Ontosoroh yang notabene seorang ibu kandung dari Annelies benar-benar merasa terluka. “Mengapakah menjadi seorang pribumi begini nelangsa? Tidak cukup sampai di situ. Terlebih lagi menjadi seorang gundik pribumi. Anakku, anakku sendiri itu. Betapa aku harus menanggung semua ini. Aku yang merasakan sakitnya melahirkannya lalu kalian ambil anakku dengan cara yang lebih perih dari apapun di dunia ini”.

   Minke akhirnya menyadari semua itu ketika kehilangan orang-orang yang dicintainya. Diapun benar-benar merasa kehilangan diri. Dia merasa apa yang diperjuangkannya selama ini adalah sia-sia. “Kita kalah Ma!” “Kita Kalah!”

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di
  • Dapatkan Update terbaru dari blog ini

Belum ada Komentar untuk "Teks Cerita Sejarah Bumi Manusia "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para AugMla
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel